Apa itu Vape dan Risiko Kesehatan yang Mengancam

Apa itu Vape dan Risiko Kesehatan yang Mengancam
Ilustrasi vape. Credits: Freepik.

Bagikan :


Vape belakangan ini populer digunakan sebagai pengganti rokok konvensional. Alat yang juga dikenal sebagai rokok elektrik atau e-cigarette ini memanaskan cairan yang mengandung nikotin dan beberapa bahan lain menjadi aerosol (droplet cairan di udara), kemudian dihirup melalui mulut.

Sebagian orang menganggap vape sebagai alternatif yang lebih aman dibanding merokok tembakau. Padahal, penggunaan vape juga berisiko negatif bagi kesehatan. Ketahui lebih lanjut mengenai vape dan risiko kesehatan yang mengancam.

 

Vape dan Cara Penggunaannya

Vape adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk menghasilkan uap dari cairan yang kemudian dihirup oleh penggunanya. Cairan yang digunakan disebut sebagai e-liquid, yang biasanya mengandung campuran nikotin, propilen glikol, gliserin, dan bahan kimia lain serta perasa tambahan. Cairan ini akan diisikan ke dalam bagian yang disebut pod.

Saat alat dinyalakan, kawat yang terdapat di dalam pod akan dipanaskan oleh baterai. Panas yang dihasilkan kemudian memanaskan cairan dan mengubahnya menjadi aerosol atau "uap air". Uap tersebut kemudian dihirup melalui mulut langsung ke paru dan dilepaskan kembali.

Baca Juga: Bukan Solusi Berhenti Merokok, Vaping Juga Dapat Menyebabkan Kecanduan

 

Risiko Kesehatan saat Menggunakan Vape

Terkait mitos yang beredar di masyarakat bahwa penggunaan vape dianggap lebih aman dibandingkan merokok tembakau, masih belum ada bukti signifikan mengenai klaim tersebut. Bahkan, belakangan ini WHO telah merekomendasikan larangan penggunaan vape karena risiko kesehatan yang mengancam.

Vape dianggap membahayakan kesehatan karena telah ditemukan bahan-bahan yang bersifat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker pada cairan yang digunakan dalam vape, seperti asetaldehida dan formaldehida. Selain itu, bahan kimia dan logam berat yang sudah ditemukan dalam vape turut berisiko menyebabkan gangguan serta kerusakan pada paru. Semua hal tersebut pada akhirnya meningkatkan risiko masalah pernapasan, di antaranya:

Asma

Mulai meningkat bukti bahwa penggunaan vape tidak hanya bisa membuat gejala asma semakin sulit dikontrol, tapi vape juga berkontribusi terhadap munculnya asma bagi orang yang tidak mengalami asma sebelumnya. Dari bukti yang ditemukan, vape dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh yang kemudian meningkatkan kerentanan seseorang terhadap pemicu asma dan masalah pernapasan lainnya.

Paru-paru popcorn

Paru-paru popcorn atau penyakit yang disebut sebagai bronkiolitis obliterans adalah kondisi langka yang menyebabkan peradangan atau penyumbatan pada saluran udara kecil di paru (bronkiolus). Pasien bisa mengalami kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat dialami oleh pengguna vape karena cairan vape yang mengandung diasetil.

Diasetil adalah senyawa kimia yang berfungsi sebagai penyedap rasa pada cairan vape. Penyakit ini memiliki nama lain sebagai paru-paru popcorn karena diasetil umumnya digunakan untuk memberikan rasa mentega yang mirip dengan popcorn microwave. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa menghirup diasetil jangka panjang meningkatkan risiko gangguan serius pada saluran kecil di paru. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan permanen pada paru.

Baca Juga: 4 Dampak Negatif Vape bagi Paru-Paru

Kerusakan organ

Nikotin dan senyawa lain dari vape tidak hanya bisa menyebabkan kerusakan pada paru tapi juga organ lain seperti jantung, otak, dan juga pembuluh arteri. Nikotin yang terkandung dalam cairan vape ketika dihisap masuk ke paru, akan menyebar ke pembuluh darah. Nikotin bisa meningkatkan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah. Sedangkan pada arteri, nikotin yang terkandung dalam vape dapat menyebabkan penyempitan arteri.

EVALI

EVALI adalah kerusakan paru yang terkait dengan penggunaan rokok elektrik atau vape. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan paru di area yang cukup luas dan serius, yang ditandai dengan batuk, sesak napas, nyeri dada, dan kesulitan bernapas.

Pada kasus yang lebih parah, kerusakan paru signifikan bisa terjadi yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memperoleh oksigen yang cukup. Bila kondisi ini terus-menerus berlangsung, pada akhirnya Anda tidak akan mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

Kecanduan nikotin

Sama seperti pada rokok tembakau, nikotin menjadi salah satu bahan dalam produk vape. Nikotin bersifat adiktif yang dapat memengaruhi otak dan menyebabkan ketergantungan. Nikotin bekerja dengan cara merangsang pelepasan neurotransmitter seperti dopamin dan memberikan perasaan menyenangkan sesaat.

Ketergantungan nikotin dapat meningkatkan keinginan untuk mendapatkan lebih banyak nikotin lagi. Pada akhirnya akan sulit bagi Anda untuk berhenti merokok atau menggunakan vape.

 

Berhenti menggunakan vape sama seperti cara berhenti merokok. Apabila Anda merasa kesulitan akibat kecanduan yang dimiliki, maka sebaiknya cari pertolongan profesional. Anda juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan dengan mengunduh aplikasi Ai Care melalui App Store atau Play Store.

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Kamis, 4 Januari 2024 | 09:39